Bagaimana cara menulis dan menerbitkan buku?

Explore Perpustakaan Nasional Indonesia dan Bincang santai tentang Menulis
Hallo sahabat literasi yang doyan menulis meski sekedar kata, yang hobby menulis meski hanya pengisi waktu sepi, yang suka bikin fiksi atau tulisan yang bikin pembacanya baperan dan jatuh cinta dengan tulisanmu. Nah ini namanya kamu sudah berhasil bikin tulisan, buktinya saja ada yang sampai baperan.
Membicarakan mengenai tema kepenulisan, kita diajak untuk berbagi tentang dunia literasi. Tentu saja tidak jauh dengan buku-buku, menulis, membaca novel-novel fiksi maupun non fiksi. Dan sebagainya yang berhubungan dengan buku. Kali ini aku mau berbagi sedikit pengalaman saja. Semoga membacanya nanti tidak bikin membosankan. Karena kalau kebanyakan juga ada yang buat bosan bukan? Semoga saja tidak.
Mengikuti kegiatan Workshop, sebenarnya tidak cuma sekali ini buat aku. Sudah beberapa kali dan aku senang sekali kalau mendatangi acara-acara seperti itu. Pastilah datang untuk menghadiri. Dan Workshop kali ini diadakan oleh komunitas Backpacker Jakarta. Judulnya sih hanya diskusi santai. Kemudian Explore Perpustakaan Nasional tertinggi didunia, yang lokasinya di depan gedung Irti Monas. Apalagi temanya membuat aku makin tertarik saja, yaitu: " Menulis dan Menerbitkan Buku? " penasaran banget dong. Tentu saja kalau ada acara seperti ini aku tidak pernah mau ketinggalan. Apalagi acara pameran buku.
Awalnya aku baca dahulu di Instagramnya @backpackerjakarta, langsung dong aku repost ke Instagramku. Dan nggak nyangka langsung dikomen sama si narasumbernya, waduh seneng banget, apa seneng aja? Apa GR? Hehe..dua-duanya deh. By the way narasumbernya namanya Nunik Utami, ternyata dia adalah anggota Kubbu BPJ yang sudah nerbitin 50 buku! Ada judul buku terakhirnya " Arc De Triomphe", belum tahu tentang apa ceritanya, dan belum sempat hunting juga buat cari bukunya di Toko Buku. Begitu aku baca terbilang 50 buah buku, aku tercengang, dan makin penasaran loh sama mbak Nunik ini. Pengen banget tahu lebih dalam pengalamannya yang pastinya banyak dan seabrek. Dan tidak mudah diraih dalam waktu singkat. 
Acaranya berlangsung pada tanggal 14 Oktober 2017 bertempat di gedung Perpustakaan Nasional tepatnya jam 10 pagi hari. Aku datang lebih awal, meskipun gak awal-awal banget sih. Kira-kira jam 8 pagi dari rumah. Sampai jam 9 pagi. Hanya untuk membuat kartu perpustakaan, karena acaranya diadakan di Perpustakaan Nasional Tertinggi didunia, jadi bikin dong ah kartu membernya. Alhasil belum sempet jadi, meski sudah dapat nomor antriannya, dikarenakan banyak juga yang mau bikin disana. Lagipula acaranya dimulai jam 10.00 WIB. Jadi tidak sempat mengikuti antrian. Dan aku tinggalkan.
Pada saat acara sudah dimulai, akhirnya aku melihat langsung mbak Nunik Utami, yang ternyata orangnya mungil. Padahal kalau dilihat di Sosial Media Instagramnya nggak mungil gitu deh? Anyway itu sedikit komentarku yang gak penting banget. Kami semua banyak pesertanya ada yang dari Kubbu sendiri, ada yang dari RT ada juga yang dari non RT. Berarti dunia Literasi sangatlah banyak peminatnya ya. Syukurlah.
Narasumber mbak Nunik Utami dengan di Moderatori oleh Bang Eka Siregar dan Mas Achi Hartoyo. Seru memang kalau sudah ada Bang Eka dan mas Achi. Suasana jadi lebih hidup. Seru dan diselingi gelak tawa. Dipandu juga MC (Master Of Ceremony) mbak Yunita.
Aku teruskan lagi yaa..mbak Nunik Utami ini sangat lugas menjelaskan semua pengalamannya yang sejak dulu sampai ia menjadi seorang penulis, menjawab semua pertanyaan peserta dengan lengkap dan padat berisi. Sehingga sampai-sampai aku saja belum bertanya sudah terjawab semua apa yang hendak aku tanyakan, jadi merasa puas hati saja. Karena mbak Nunik Utami tidak pelit pengalaman, semua diungkapkannya tanpa setengah-setengah. Cerita sejak dari mula ia menulis, mengirim naskah kepenerbit, ikutan lomba menulis. Sampai ditolak juga pernah. Namun terus berusaha lagi. Dan pada akhirnya malah dicari-cari dan ditawari penerbit untuk membuat naskah. Hebat banget kan? Mau ih kayak gitu. Sampai penerbit Mayor langsung. Mbak Nunik juga berbagi bagaimana cara mengirim naskah karangan buat para penulis pemula. Pas banget sama aku yang masih pemula ini. Yang suka nulis meski belum kelar-kelar. Walau ada juga aku punya buku yang berisi Kumpulan Puisi. Dan sydah kelar. Walau sempet revisi juga. Tetapi aku senang sudah punya buku itu. Meski masih self Publishing atau masih di penerbit Indie. By The Way, aku suka menulis puisi loh. Meski berupa puisi. Sudah sejak dibangku Smp mulai menulis. Dulu sih suka nulis-nulis cerpen, dan suka beli majalah remaja yang banyak isi cerpennya. Eh...ini mah aku punya cerita dan pengalaman sendiri di blogku. Kalau tertuang disini bakalan panjang, dan ceritanya jadi beda. Malah membahas aku bukannya bahas seorang penulis cantik berbakat dan Smart mbak Nunik Utami. 
Mbak Nunik itu memberi kita masukan juga loh. Yaitu jangan memikirkan royalti. Kenapa? Menulis sajalah, bagiku juga menulis dan diterima naskah kita dimasyarakat saja sudah seneng kayak di awang-awang rasanya. Sampai mikirin royalti saja tidak masuk dalam benak. Berkaryalah dengan ikhlas. Berteman dengan orang yang mengerti profesi seorang penulis.  Karena ada saja yang tidak paham dengan penulis. Yang ada malahan dinyinyirin. Begitu sih sedikit banyak bahasannya mbak Nunik Utami. Yang terpenting adalah berdoa. Agar semuanya dilancarkan.
Mbak Nunik meski sudah berkeluarga, pandai sekali mengatur waktu antara keluarga, anak dan menulisnya. Ya jelas dong, bisa sampai 50 bukunya dan ratusan cerpen-cerpennya. Berarti super sekali ya? Mbak Nunik dalam membagi waktunya.
Acara demi acara sampai acara sesi pembagian hadiah untuk para peserta sudah dilewati. Juga sempat kita beristirahat sejam. Kemudian pembagian hadiah, senangnya aku dapat hadiah dari mbak Nunik dan benar saja hadiahnya ngangenin. Sedikit bocoran, isinya T-Shirt dengan buku. Ngangenin karena bukunya berguna bisa dibaca kaosnya bisa dipakai juga. 
Puncak acara kami kemudian explore ke Perpustakaannya di Lantai 24. Tinggi juga. Dan kita antri sampai harus menunggu lumayan lama dilift. Aku sempet kekamar kecil dulu.
Sesampainya dilantai 24, aku sempat kagum, tempatnya nyaman, rapi, mewah, kursi-kursi tertata rapi. Kursi yang dipakai khusus untuk Bapak Presiden membaca juga ada. Padahal bersyukur sekali kita diijinkan memasuki ruangan VVIP ini yang sebenarnya tertutup untuk umum. Ada juga berderet kursi untuk rapat-rapat konferensi. Yang membuat aku tertarik adalah, disetiap dindingnya digantungi kain-kain tenun yang cantik-cantik. Meja kursi tertata amat rapi. Dipintu masuk kaca terdapat patung Rama dan Shinta besar juga patung mirip akar pohon ini. Dipojokan ada gambar photo-photo Presiden kita sejak jaman Bapak Soeharto sampai Jokowi. 



Lobbynya juga terdapat potret-potret tempo doeloe. Juga buku-buku tentang Presiden RI kita Bapak Jokowi. Kami juga selfie-selfie di rooftop. Yang agak lumayan panas disitu dengan terkena teriknya panas matahari. Namun tampak kejauhan Tugu Monas, yang terlihat kecil menawan. Dengan melihat dari atas pemandangan gedung-gedung juga lalu lintas Jakarta yang awet padat sejak dulu. Tidak ketinggalan juga sang narasumber ikutan kagum jeprat-jepret, aku saja sampai lupa diri jeprat-jepret juga, sampai low batre handphoneku.
Jamnya sudah harus menuju kembali pulang. Ada beberapa yang sudah pamit lebih dulu pulang. Ada yang belum. Setelah itu kami para peserta termasuk aku foto bareng. Tidak lupa juga aku poto berdua dengan mbak Nunik Utami, langsung dong di upload di Instagramku hehe. Ya kali nggak kuy di upload.
Demikian sedikit cerita dan pengalaman berharga buat aku, pelajaran yang aku cari. Penting untuk aku yang masih harus banyak belajar. Masukan seorang mbak Nunik yang membagi acuan untuk aku semakin giat dalam menulis, menulis dan menulis. Mau orang suka atau tidak dengan tulisan kita, tetaplah aku akan selalu menulis. Karena menulis itu indah. Menulis itu seni. Seperti seni-seni lainnya yang harus ditekuni. Masalah jelek atau bagus, jangan dipikirkan. Apalagi jeleknya, buang saja jauh-jauh pemikiran itu. Kita menulis itu hasilnya akan abadi. Kalau hanya membaca saja itu sih hal mudah. Apalagi berkomentar. Apakah disaat dituntut menulis kita langsung bisa? Kurasa tidak. Seorang penulis seniorpun tidak ada yang langsung tumpah ruah tulisannya menjadi indah. Semua butuh proses. Proses panjang. Dari inspirasi, dituangkan, bikin kerangka, diperluas. Jadi?? Tidak. Ada lagi di edit dahulu. Jadi enggak mudah begitu saja selesai. Makanya coba deh melatih buat membiasakan menulis. Dengan mengamati, mencari sumber, dicatat, diingat, kemudian bikin bahan tulisan, pasti hasilnya kalian akan puas terharu biru melihat hasilnya, walaupun belum tentu yang membacanya mau ada yang menyerapnya. Tetapi jangan khawatir pasti akan ada juga yang akan membaca tulisan kamu dan memuji serta menyukai. Karena penilaian orang itu berbeda-beda. Jadi apa salahnya buat terus berlatih.
Aku saja masih belum apa-apa. Belajarku masih banyak, belajarku masih belum selesai, latihanku masih aku asah terus. Namun bagaimanapun janganlah berhenti menulis. Sampai akhir hayat. Contoh: Chairil Anwar, yang tetap menulis sampai ia meninggal masih diusianya yang sangat muda. Meski dahulu dimasa hidupnya tulisan puisi-puisinya belum banyak yang menerima. Tetapi lihatnya setelah ia tiada, tulisannya banyak dikenang dan menjadi bahan pelajaran disekolah-sekolah. Terus terang juga, jika berbicara dan membahas perjuangan seorang Chairil Anwar, aku pasti menangis. Entah kenapa, mungkin kalau harus diceritakan amat panjang. Karena itu sejak dulu puisi-puisiku itu adalah aku buat layaknya pujangga seperti milik Chairil Anwar. Sulit dicerna, namun berarti dalam. Silahkan saja baca karya Chairil Anwar. Aku punya beberapa bukunya dan dia adalah inspirasiku dalam membuat bait-bait puisi.
Wah.. panjang juga yaa?? Kayak curhatan saja. Aku akan mengakhiri tulisan pengalamanku ini pada saat di acara Kubbu Bpj. Berlokasi di Perpustakaan Nasional Jakarta.dengan Narasumber mbak Nunik Utami.
Terima kasih buat teman-teman disana, aku jadi bisa menambah banyak teman yang mencintai dunia literasi. Juga nambah pengalaman baru lagi. Inspirasi, masukan, pelajaran, pengamatan, untuk bahan tulisan juga. Entah artikel atau puisiku. Ngomong-ngomong aku ini tidak pernah membuat artikel. Namun bagiku ini langkahku untuk bisa belajar bagaimana membuat artikel. Sekaligus berbagi juga,. Penulis itu harus bisa menulis apa saja. Walaupun sesuai gendernya. Namun tidak selalu dan tidak ada salahnya mencoba yang lain. Yang terpenting adalah berisi sesuatu yang bersifat positip dan membangun.
Baiklah teman-teman dan yang sudah membaca tulisanku ini. Terima kasih banyak, juga untuk mbak Nunik yang sudah memberi kehangatan dan pengalamannya yang asik. Maafkan segala kekurangan karena disini aku hanya berbagi cerita dan pengalaman saja. 
Terima kasih.


Penulis :


ARIWIDI

Komentar

Postingan populer dari blog ini

menulis buatku?